Senin, 28 April 2014

Monita Sitanggang 1405110032 // SUSTAINABLE FASHION


 Sustainable fashion atau seringkali disebut dengan eco-design merupakan isu yang sedang berkembang akhir-akhir ini. Tujuan dari konsep ini lebih ke arah perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Konsep sustainable fashion merupakan kepanjangan dari konsep sustainable design di mana suatu produk didesain dan diproduksi dengan mempertimbangkan lingkungan serta dampak sosial. 


Konsep sustainable fashion ini muncul karena adanya fakta-fakta bahwa:


  1. Pakaian, sepatu, dan industri tekstil merupakan salah satu industri yang terbesar di dunia. Industri ini bertanggung jawab terhadap buangan CO2 dan emisi gas greenhouse yang berkontribusi besar atas terjadinya perubahan iklim.
  2. Industri ini menggunakan air lebih banyak daripada industri yang lain serta membuang sejumlah besar bahan-bahan kimia beracun ke lingkungan.
  3. Industri ini juga mengkonsumsi energi dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk minyak dan listrik dalam proses manufaktur, produksi sintesis, serta dalam shipping dan air travel.
  4. Beberapa bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam industri tekstil ini adalah karbon, nikel, kromium IV, dan formaldehyde. Beberapa bahan kimia ini menempel di kulit meskipun telah dicuci. Beberapa di antaranya merupakan bahan-bahan karsiogenik dan sisanya mengakibatkan alergi pada kulit dan iritasi.
  5. Kapas yang biasa digunakan (tumbuh dengan bantuan pestisida dan herbisida)  tidak hanya menghancurkan bumi, tetapi juga berakibat buruk pada petani yang bekerja seperti halnya berakibat buruk pada orang-orang yang menggunakan serat tersebut.
Sustainable fashion adalah suatu konsep di mana produk fashion yang dihasilkan bisa digunakan berkali-kali (timeless), desain bukan hanya cantik, tetapi dalam teknik pembuatannya harus dibuat dengan baik (well-made) dengan menggunakan material yang ramah lingkungan (lebih baik material hasil recycle) dengan transportasi atau distribusi yang terbatas untuk mencapai produk yang komplit.

Sustainable fashion bukan hanya berbicara mengenai desain yang ramah lingkungan, tetapi juga penggunaan material ramah lingkungan, metode proses produksi ramah lingkungan, transportasi selama produksi yang pendek, serta fair tradeantara industri dengan petani yang menghasilkan serat atau bahan baku untuk membuat produk fashion.

Tren yang sedang marak terkait konsep sustainable fashion adalah penggunaan serat bambu sebagai material untuk produk eco-fashion. Serat bambu memiliki kemampuan menyerap warna yang excellent, kemampuan fast-drying, dan sangat lembut seperti cashmere. Tidak seperti sutra, serat bambu tidak mudah kusut dan bisa dengan mudah dicuci dan dikeringkan sehingga menjadi lebih sederhana cara perawatannya. Selain itu juga penggunaan serat bambu sebagai material pakaian sangat menguntungkan lingkungan. Seperti diketahui bahwa bambu adalah tanaman dari family rumput-rumputan yang sangat cepat pertumbuhannya, bahkan dalam 3-4 tahun, bambu sudah mencapai dewasa, Bambu juga memiliki memiliki pestisida alami yang semuanya biodegradable. Serat bambu dibuat dari pulp tanaman bambu. Selain itu juga, bambu diketahui memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas tanah.
 Kelebihan serat bambu adalah sebagai berikut, yang pertama adalah serat bambu memudahkan keringat yang ada di kulit menguap ke luar sehingga menjaga pemakainya tetap kering dan lebih nyaman. Selain itu serat bambu juga sangat lembut, halus, dan nyaman. Serat bambu juga dikatakan highly breathable karena dalam cuaca yang panas, pemakai tetap bisa merasa sejuk, ketika cuaca dingin, pemakai bisa merasa tetap hangat. Selain itu juga diketahui bahwa serat bambu mengandung antibacterial alami sehingga bisa membunuh semua bacteri yang ada sehingga pakaian akan terasa lebih segar, lebih tahan lama, tidak menyebabkan iritasi, dan lebih sehat serta higienis bagi pemakainya.
Kelembutan serat bambu sejalan dengan kekuatan tariknya. Berdasarkan eksperimen tensile strength, serat bambu memiliki abrasion-proof capacity & tenacity yang tinggi. Pakaian bambu juga bisa berfungsi sebagai sunblock yang bisa menahan 98% aktivitas UV.
Namun ada beberapa kelemahan bambu yang dianggap kurang “green”, yaitu terkait proses produksi mengubah pulp bambu menjadi serat bambu. Dalam prosesnya ada 2 metode yang bisa digunakan, yaitu secara mekanis atau secara kimia. Dengan metode yang mekanis, proses produksi menjadi lebih eco-friendly. Jadi tanaman secara fisik dihancurkan dan enzim alaminya digunakan untuk mematahkan dinding bambu sehingga serat alaminya secara mekanik bisa diambil.
Dengan kelebihan dan kelemahan yang ada, berdasarkan National Geographic’s Green Guide, bambu dianggap memiliki efek lingkungan yang lebih kecil daripada kapas, nylon, dan sintetis polyester. Di bawah ini adalah contoh produk pakaian yang terbuat dari serat bambu alami:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar