Selasa, 13 Mei 2014

SLOW CULTURE CONCEPT- GREEN BUILDING

FARADIS ATHYRA
1405110009


“Hemat energi dan air telah diterapkan Gedung Utama Kementerian PU, yakni gedung baru kita bangun dengan konsep Green Building. Konsep gedung tersebut telah mendapat penghargaan Juara 1 untuk kategori ”gedung baru” kantor pemerintahan dalam lomba Penghargaan Efesiensi Energi Nasional (PEEN) 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM.” Ujar Sekjen PU, Agoes Widjanarko yang dikutip dari laman resmi Kemenpu, Selasa (25/3/2014).

Gedung baru PU diklaim membutuhkan tingkat energi yang rendah dari kurun waktu September 2013 hingga Oktober 2013, dengan rata-rata konsumsi sebesar 91 KWh/m2 per tahunnya. Agoes menyebut capaian konsumsi sebesar ini lebih hemat 35 persen dibanding saat perencanaan awal yaitu sebesar 140 KWh/m2 per tahunnya. Jika dihitung, maka jauh lebih hemat 64 persen dari baseline rata-rata gedung perkantoran di Jakarta sebesar 250 KWh/m2 per tahunnya.

Lebih lanjutan Agoes menyebut langkah penghematan air yang dilakukan KemenPU adalah dengan pengelolaan air bersih menggunakan daur ulang yaitu memanfaatkan air bekas (grey water) dilakukan pengolahan di STP (sewage Treatment Plant) sehingga air yang keluar menjadi bersih dan dapat dimanfaatkan kembali untuk digunakan sebagai siram tanaman, flushing dan make up cooling tower.

Nantinya, air bekas yang berasal dari jetspray, urinoir dan flusing diolah dan dibuang ke saluran kota. Sesuai dengan Master Plan Perkantoran Kementerian Pekerjaan umum, semua bangunan yang berada kawasan tersebut harus menerapkan kaidah-kaidah hemat dalam penggunaan energi dan airnya, termasuk kawasan halamannya juga harus ”green site” ramah lingkungan. Sementara itu, untuk gedung-gedung yang sudah dibangun, akan dilakukan retrofitting menjadi bangunan yang ”green building” secara bertahap, sehingga diharapkan tiga atau lima tahun ke depan seluruh bangunan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sudah menjadi bangunan yang ”green building”, terutama hemat dalam penggunaan energi dan air.

Agoes menyebut keberhasilan penghematan energi dan air sangat dipengaruhi oleh perilaku, kebiasaan, kedisiplinan dan kesadaran para pengguna. Dikarenakan, masalah perilaku penggunaan energi yang boros ini secara umum 80 persen disebabkan oleh faktor manusia, dan hanya 20 persen faktor teknis.

Namun diakuinya untuk bisa merubah perilaku tersebut bukanlah hal yang mudah, butuh waktu, kesabaran dan sosialisasi harus dilakukan terus menerus sehingga manjadi perilaku yang diharapkan. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar