Selasa, 06 Mei 2014

Anggilia Putri Ningsih
1403110074
Fashion Forecasting
Ibu Gamia Dewanggamanik



Slow Textile
(Batik Tulis)


     Saat ini di Indonesia sedang banyak masuknya barang-barang impor dari berbagai macam negara. Dari mulai elektronik, gadget, pakaian, makanan, dan masih banyak lagi. Dalam dunia global hal ini juga terus terjadi namun beberapa negara maju memiliki standard khusus untuk barang-barang yang layak masuk untuk digunakan dan di konsumsi oleh warga negaranya. Kurangnya pengawasan akan masuknya barang dari luar negeri ke Indonesia membuat banyaknya barang-barang yang memang tidak memiliki kualitas.


     Yang paling banyak masuk ke Indonesia salah satunya adalah pakaian. Bahkan pakaian yang dikirim dari luar negeri dengan kualitas kurang baik tersebut amat sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dengan kelas menengah kebawah. Bahkan sayapun kaget ketika mengetahui bahwa banyak sekali pakaian dengan motif  ‘Batik’ yang berasal dari China dan Korea.


     Banyak orang yang mengerti tentang tekstil menelaah tentang batik yang di ekspor dari negara lain yang masuk ke Indonesia. Dan hasilnya sangat mengejutkan bahwa batik batik tersebut merupakan batik dengan kualitas buruk yang sama sekali tidak melalui proses pembuatan batik yang sesungguhnya yaitu batik tulis atau cap.




     Menurut saya batik tulis merupakan salah satu bentuk dari gerakan Slow Culture berupa tekstil. Batik tulis merupakan jenis kain dengan proses pembuatan yang sangat berkualitas demi menghasilkan hasil kain dengan motif yang unik dan berdaya jual mahal. Bahkan kebanyakan batik tulis hanya dibuat satu saja karena sulitnya pembuatan dari mulai pola hingga selesainya batik tersebut.


     Di Indonesia sendiri harga batik tulis sendiri terkenal sangat mahal bahkan mencapai jutaan dengan kualitas yang memang terbaik. Namun untuk orang yang memang mengerti kualitan kain, batik tulis tersebut tetap menjadi pilihan dibandingkan batik ekspor lainnya yang dijual dengan harga puluhan ribu dan berkualitas sangat buruk. 
     Disini saya akan sedikit bercerita tentang proses pembuatan batik tulis yang merupakan salah satu gerakan Slow Culture. 

Canthing
Lilin/Malam

Wajan
Pewarna Tekstil
Kain Mori




      Pada dasarnya sebelum proses membatik dimulai, kain mori yang akan dibatik terlebih dahulu mengalami 4 tahap. Yaitu pencucian, pengloyoran, pengkanjian, dan pengemplongan. Pencucian yaitu mencuci kain mori, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kanji asli dari pabrik. Pengloyoran yaitu memasukkan kain mori yang sudah dicuci kedalam campuran minyak jarak, minyak kacang dengan air abu merang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil celupan warna yang tajam dan mengkilat. Disamping itu kain mori menjadi lebih lembut dan lemas. Setelah di geloyor, kain mori dikanji dengan kadar kanji tertentu lalu dijemur.  Kemudian proses pengemplongan, yaitu memukul mukul secara teratur kain yang sudah di kanji dengan pemukul dari kayu. Tujuan dari ngemplong ini adalah agar benang mori menjadi licin, kendor dan lemas agar pada proses pelekatan lilin dapat melekat pada kain dengan sempurna. 




     Padabatik tulis, tahap selanjutnya adalah nyorek, yaitu memindahkan pola batik dari kertas  bergambar pola batik ke  kain mori dengan menggunakan pensil. Baru kemudian dilakukan proses pembatikan. Tahap nyorek tidak dugunakan untuk proses membatik dengan batik cap. Mbatik adalah proses membuat pola batik pada kain mori dengan menorehkan lilin/malam menggunakan canthing/cap. Proses selanjutnya yaitu nembok,  proses menutup bagian2 pola yg tidak diwarnai/yang akan tetap berwarna putih. Kemudian model yaitu pencelupan pertama kedalam zat berwarna. Kain mori dicelup kedalam larutan berwarna berkali kali hingga memperoleh warna yg dikehendaki. Lalu ngerok dan nggirah, yaitu menghilangkan lilin klowong/ bagian pola yang akan diberi warna lain. Lalu dilanjutkan dengan mencucinya atau nggirah.  
 



     Kain yang sudah di kerok dan nggirah kemudian ditutup dengan lilin biron pada bagian yang ingin tetap dengan warna pertama, pekerjaan ini disebut dengan mbironi.  Pencelupan yang kedua adalah pencelupan untuk mendapatkan warna yang kedua. Pencelupan ini juga dilakukan berulang kali. Karena itu pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama. Setelah pencelupan, kemudian kain dijemur ditempat yang teduh dan tidak terkena matahari langsung. Tahap terakhir yaitu menghilangkan semua lilin yang menempel pada bahan atau disebut dengan ngelorot. Caranya dengan memasukkan kain yang sudah di celup tadi kedalam air mendidih hingga semua lilin hilang. Setalah pengelorotan selesai, kain dibilas dengan air lagi kemudian kain dikeringkan dengan cara dijemur atau di angina anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar