Dunia fashion saat ini tengah gencar menerapkan konsep slow fashion. Produsen pembuat pakaian di Amerika Serikat dan Eropa, saat ini tengah gencar menerapkan konsep slow fashion. Seperti halnya konsep slow food pada kuliner, slow fashion juga ditujukan pada kesadaran mengenakan pakaian secara tidak boros dan menghargai proses pembuatan pakaian tersebut.
Konsep slow fashion kontra dengan pabrik pakaian yang membuat pakaian dalam skala besar. Dalam slow fashion, orang menjadi lebih menghargai proses kreatif dari pakaian yang dikenakannya,rela memakainya selama bertahun-tahun hingga akhirnya pakaian itu memang tidak bisa dipakai lagi karena lapuk. Atau bisa juga mendaur ulang pakaian lama dan menjadikannya sebagai model dengan cara juga memadupadankan pakaian-pakaian lain yang sudah ada sehingga terkesan tampil baru.
Dengan menerapkan slow fashion, maka dengan sendirinya tercipta kesadaran lingkungan. Seperti diketahui, bahan baku pakaian banyak yang mengambil dari tanaman dan pohon. Bayangkan berapa juta tanaman dan pohon setiap tahunnya yang harus dieksploitasi demi kebutuhan primer manusia ini? Kesadaran menerapkan slow fashion juga bagian dari peduli lingkungan atau go green. Slow fashion bukan melulu tentang pakaian dari bahan organik atau mudah didaur ulang, tetapi lebih pada pola pikir. Berpikir untuk tidak membeli pakaian baru bila memang tidak perlu
Dikutip life satuharapan.com dari fashionista.com, konsep slow fashion juga dianggap memanusiakan pekerja garmen, yang digaji rendah, harus lembur dan mengerjakan satu jenis pakaian dalam skala besar. Slow fashion di Amerika Serikat, telah berkembang sejak 2008. Konsep slow fashion ini menurut Elizabeth Cline, pengarang bukuOverdressed: The Shockingly High Cost of Cheap Fashion, bukan soal mengenakan bahan-bahan organik atau ramah lingkungan pada proses pembuatan pakaian saja, akan tetapi dalam hal ini, meliputi proses daurulangnya dan proses pembuatan pakaian ramah lingkungan dan manusiawi ini secara berkelanjutan.
"Slow fashion juga berarti membeli sedikit pakaian, merawat pakaian yang sudah ada dan memperjualbelikan pakaian layak pakai," tambah Cline. Guna mendukung program slow fashion, lanjut Cline, sebaiknya Anda membeli pakaian karena memang sedang membutuhkan, bukan karena tergiur diskon dan model yang sedang tren. "Belilah pakaian yang desainnya timeless, kualitasnya bagus dan Anda bisa merawatnya dengan mudah," saran Cline.
Beberapa produsen pakaian jadi seperti H&M telah mendukung slow fashion ini dengan program daur ulang pakaian. Sementara merek lainnya seperti Forever 21, memilih membuat pakaian yang tidak bertema musim tertentu. Beberapa produsen lainnya, bahkan membuat pakaian dalam edisi terbatas, untuk satu desainnya. Edisi terbatas, diyakini akan membuat pemakainya betah dan merawatnya, ketimbang segera membuangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar