Anggilia Putri Ningsih
1403110074
Fashion Forecasting
Ibu Gamia Dewanggamanik
Slow Textile
(Batik Tulis)
Saat ini di Indonesia sedang banyak masuknya barang-barang
impor dari berbagai macam negara. Dari mulai elektronik, gadget, pakaian,
makanan, dan masih banyak lagi. Dalam dunia global hal ini juga terus terjadi
namun beberapa negara maju memiliki standard khusus untuk barang-barang yang
layak masuk untuk digunakan dan di konsumsi oleh warga negaranya. Kurangnya
pengawasan akan masuknya barang dari luar negeri ke Indonesia membuat banyaknya
barang-barang yang memang tidak memiliki kualitas.
Yang paling banyak masuk ke Indonesia salah satunya adalah
pakaian. Bahkan pakaian yang dikirim dari luar negeri dengan kualitas kurang
baik tersebut amat sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dengan kelas
menengah kebawah. Bahkan sayapun kaget ketika mengetahui bahwa banyak sekali pakaian
dengan motif ‘Batik’ yang berasal dari
China dan Korea.
Banyak orang yang mengerti tentang tekstil menelaah tentang
batik yang di ekspor dari negara lain yang masuk ke Indonesia. Dan hasilnya
sangat mengejutkan bahwa batik batik tersebut merupakan batik dengan kualitas
buruk yang sama sekali tidak melalui proses pembuatan batik yang sesungguhnya
yaitu batik tulis atau cap.
Menurut saya batik tulis merupakan salah satu bentuk dari
gerakan Slow Culture berupa tekstil. Batik tulis merupakan jenis kain dengan
proses pembuatan yang sangat berkualitas demi menghasilkan hasil kain dengan
motif yang unik dan berdaya jual mahal. Bahkan kebanyakan batik tulis hanya
dibuat satu saja karena sulitnya pembuatan dari mulai pola hingga selesainya
batik tersebut.
Di Indonesia sendiri harga batik tulis sendiri terkenal
sangat mahal bahkan mencapai jutaan dengan kualitas yang memang terbaik. Namun
untuk orang yang memang mengerti kualitan kain, batik tulis tersebut tetap
menjadi pilihan dibandingkan batik ekspor lainnya yang dijual dengan harga
puluhan ribu dan berkualitas sangat buruk.
Disini saya akan sedikit bercerita tentang proses pembuatan batik tulis yang merupakan salah satu gerakan Slow Culture.
Canthing |
Lilin/Malam |
Wajan |
Pewarna Tekstil |
Kain Mori |
Pada dasarnya sebelum proses membatik dimulai, kain mori
yang akan dibatik terlebih dahulu mengalami 4 tahap. Yaitu pencucian,
pengloyoran, pengkanjian, dan pengemplongan.
Pencucian yaitu mencuci kain mori, hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kanji asli dari pabrik. Pengloyoran yaitu memasukkan kain mori
yang sudah dicuci kedalam campuran minyak jarak, minyak kacang dengan air abu
merang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil celupan warna yang tajam dan mengkilat. Disamping itu
kain mori menjadi lebih lembut dan lemas. Setelah di geloyor, kain mori dikanji
dengan kadar kanji tertentu lalu dijemur.
Kemudian proses pengemplongan, yaitu memukul mukul secara teratur kain
yang sudah di kanji dengan pemukul dari kayu. Tujuan dari ngemplong ini adalah
agar benang mori menjadi licin, kendor dan lemas agar pada proses pelekatan
lilin dapat melekat pada kain dengan sempurna.
Padabatik tulis, tahap selanjutnya adalah nyorek, yaitu memindahkan pola batik dari
kertas bergambar pola batik ke kain mori
dengan menggunakan pensil. Baru kemudian dilakukan proses pembatikan. Tahap
nyorek tidak dugunakan untuk proses membatik dengan batik cap. Mbatik adalah
proses membuat pola batik pada kain mori dengan menorehkan lilin/malam
menggunakan canthing/cap. Proses selanjutnya yaitu nembok, proses menutup bagian2 pola yg tidak
diwarnai/yang akan tetap berwarna putih. Kemudian model yaitu pencelupan
pertama kedalam zat berwarna. Kain mori dicelup kedalam larutan berwarna
berkali kali hingga memperoleh warna yg dikehendaki. Lalu ngerok dan nggirah,
yaitu menghilangkan lilin klowong/ bagian pola yang akan diberi warna lain.
Lalu dilanjutkan dengan mencucinya atau nggirah.
Kain yang sudah di kerok dan nggirah kemudian ditutup dengan
lilin biron pada bagian yang ingin tetap dengan warna pertama, pekerjaan ini
disebut dengan mbironi. Pencelupan yang
kedua adalah pencelupan untuk mendapatkan warna yang kedua. Pencelupan ini juga
dilakukan berulang kali. Karena itu pekerjaan ini memakan waktu yang cukup
lama. Setelah pencelupan, kemudian kain dijemur ditempat yang teduh dan tidak
terkena matahari langsung. Tahap terakhir yaitu menghilangkan semua lilin yang
menempel pada bahan atau disebut dengan ngelorot. Caranya dengan memasukkan
kain yang sudah di celup tadi kedalam air mendidih hingga semua lilin hilang.
Setalah pengelorotan selesai, kain dibilas dengan air lagi kemudian kain
dikeringkan dengan cara dijemur atau di angina anginkan dan tidak terkena sinar
matahari secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar