Seiring berkembangnya zaman, saat ini mulai banyak bangunan yang dibangun untuk
meningkatkan fasilitas perkotaan, misalnya saja perumahan, hotel, apartemen,
toko, dan masih banyak lagi. Pada bangunan tersebut dibutuhkan paralon yang
berdiameter cukup besar untuk saluran air dan listrik. Akan tetapi paralon
tersebut dipakai seperlunya saja, sehingga tersebarnya limbah paralon dari
sisa-sisa bahan pembangunan. Selain itu pada pembangunan juga biasanya terdapat
limbah serbuk kayu bekas serutan gergaji
yang dibuang secara percuma, dan serbuk tersebut dapat mengotori lingkungan
sekitar yang membuat lingkungan menjadi tidak nyaman dengan serbuk yang
berserakan dan berterbangan dimana-mana. Dengan adaya persoalan seperti itu,
saya memiliki ide untuk memanfaatkan limbah-limbah tersebut menjadi sesuatu
yang dapat dimanfaatkan dalam interior. Paralon yang berbentuk seperti tabung
itu akan saya buat menjadi furniture rumah, yaitu sebagai tempat penyimpanan
sepatu ataupun sebagai rak tempat untuk memajang mainan yang berukuran kecil
(mobil-mobilan, boneka kecil, dan lain-lain). Paralon tersebut akan ditempel di
dinding dan disusun secara acak namun beraturan, sehingga membentuk nirmana. Ada
paralon yang di potong dengan ukuran pendek dengan panjang 10 cm, dan adapula
yang berukuran panjang 20 cm, Sehingga dapat dijadikan dekorasi interior juga
dengan memperlihatkan irama pada potongan paralon tersebut (susunan paralon
yang di potong dengan panjang yang berbeda-beda). Akan tetapi, paralon yang
dibutuhkan untuk rak sepatu adalah paralon yang memiliki diameter yang cukup
besar, antara 15-20 cm.
Sedangkan untuk limbah serbuk kayu,
akan dimanfaatkan sebagai wall
treatment. Serbuk kayu tersebut ditempel di dinding yang akan membentuk sebuah
alur, irama, ataupun gambar sesuai yang kita inginkan dan memberikan kesan
timbul pada sebuah dinding. Jika kita
ingin memberikan permainan warna pada sebuah dinding dengan menggunakan wall dari
serbuk kayu, sebelum ditempelkan ke dinding, serbuk kayu tersebut dapat di beri
pewaran terlebih dahulu, sehingga dinding tersebut menjadi lebih berwarna.
Itulah ide/konsep yang saya pikirkan untuk slow culture pada sebuah interior.
Rizka Anisa Fauziah
1403112075
Desain Interior
Tidak ada komentar:
Posting Komentar